Staring at The World…

Jogja Pagi Ini

Posted in Uncategorized by Bondan on October 30, 2010

Merapi meletus? Ini pertama kalinya saya ngalamin, setelah saya 4 tahun resmi jadi warga Jogja. Kali pertama merapi erupsi selasa lalu, efeknya ga berasa sampe ke rumah, walaupun saya tinggal di Jalan Kaliurang Km 7. Berita di TV keliatan mendramatisir keadaan. Iya, sih… cukup mengagetkan karena menelan korban jiwa. But, sebenarnya, masyarakat Jogja terlihat fun-fun aja. Begitu berita mengabarkan kalo merapi meletus sore itu, gelombang masyarakat yang naik ke daerah pakem dan sekitarnya, luar biasa banyak. Bukan untuk menolong, tapi untuk nonton wedus gembel… Saya? (dan sebagian besar masyarakat Jogja yang ga kena dampak) santai-santai, sambil nonton berita.

Pun ketika merapi meletus untuk kesekian kalinya hari kamis, dan hari jumat pagi.
Pepatah mengatakan, hati-hati sama harapan/ucapan kita, karena itu bisa benar-benar terjadi. Seperti malam ini.
Setelah kemarin-kemarin saya selalu bertanya-tanya: Masa’ abunya bisa sampe Pengandaran, padahal saya yang tinggal di daerah Jalan Kaliurang bisa dibilang ga kena dampak sama sekali?, malam ini pertanyaan saya terjawab.
Saat saya nonton TV sekitar jam (kurang lebih) 00.30 saya denger bunyi yang mirip guruh. Tapi saya ga berpikir macem-macem, karena Jogja memang mendung. Kejadian ini disusul berita yang mengonfirmasi bahwa merapi meletus lagi pukul 00.42. Saya mulai berpikir; Could it be heard until here?. Karena ngantuk, saya mengabaikan berita itu dan pergi tidur.
Ga lama, saya terbangun oleh suara pengumuman dari masjid. Saya kurang jelas nangkep isi pengumuman itu, tapi saya langsung terjaga karena bau yang begitu menyengat. Seketika itu juga detak jantung saya meningkat. Ya Allah, Ya Allah, could it be?
Segera saya turun ke lantai bawah, jam menunjukkan pukul 02.30, dan memeriksa keadaan. Terlihat tetangga saya juga bersiaga didepan rumah. Dari arah jalan Kaliurang terdengar deru suara motor dan sirene ambulan. Sendirian, dan keadaan yang berubah tiba-tiba ini mau ga mau bikin saya panik. Saya langsung nyetel TV untuk mencari tau apa yang terjadi. Metro TV melaporkan telah terjadi luncuran awan panas, yang meluncur sampai radius 10 km, bahkan pengungsi pun diungsikan dari tempat mereka mengungsi saat itu.
Melihat keadaan tetangga sekitar rumah yang cukup tenang, saya berpikir untuk juga tinggal di rumah. Tapi bau belerangnya bener-bener menusuk, dan mulai membuat saya batuk… Akhirnya, dengan diberani-beranikan, saya bawa mobil jam 03.00, pindah ke tempat kakak saya yang letaknya agak ke timur.
Tapi, hujan abu dan pasir ini ga berlangsung lama. Subuh tadi, hujan abu sudah reda. Pagi ini saya pun memutuskan kembali ke rumah. Matahari pagi pun menunjukkan semuanya. . . Di mana-mana abu… Abu yang menutupi Jalan Kaliurang mungkin sudah berkurang terbawa kendaraan yang lewat, tapi tak urung menciptakan debu yang mengurangi jarak pandang. Everything seems gray, and looks like black and white picture.
Ga mau kehilangan momen, sesampainya dirumah saya langsung motret halaman rumah saya.

 

paving blocknya sampe ga keliatan ketutup abu

Except the sulfur smell and the dust, everything’s just fine, now. Alhamdulillah. . . semoga ga ada korban jiwa lagi. 🙂

Oh. . . Berharap Jogja diguyur hujan deres lagi kyk kemaren malem biar ga usah repot-repot bersihin halaman . . . huhuhu. . .